Tari Rejang Dewa yang menjadi bagian penting dari upacara dan
merupakan tari sakral, karena itu hanya boleh di pentaskan di tempat
suci saja.Tari Rejang Dewa pada dasarnya adalah tarian yang di persembahkan
kepada Dewa-Dewa penguasa sembilan arah mata angin (Dewata nawa Sanga)
atau juga bisa dikatakan sebagai tari penyambutan kepada Dewa-Dewa.
Penari yang menarikan tarian ini haruslah perempuan yang belum pernah
mengalami datang bulan. maka dari itu pada umumnya yang menarikan tarian
ini adalah anak-anak usia sekolah dasar.
Gerakan-gerakan tari ini cukup sederhana, mula-mula sembilan penari
dengan berbaris, sambil memainkan selendang, kemudian membentuk
lingkaran menyerupai sembilan penjuru mata angin, dan berjalan berbaris
mengitari areal pura sesuai arah jarum jam selama tiga kali.
BALI JEGEG
Monday, January 7, 2013
TARI SEKAR JAMPIRING
Jempiring adalah sebuah tanaman yang merupakan “MASKOT” Kota Denpasar
yang berwawasan budaya dengan warna putih berbau khas tersendiri,
terhembus gemulai oleh angin sepoi-sepoi menari disetiap sudut kota.
Terinspirasi oleh seorang Bintang Puspayoga, terciptalah sebuah tari
penyambutan untuk tamu-tamu disetiap acara-acara resmi Pemerintah Kota
Denpasar. Dengan keinginan yang luhur bersama-sama para seniman Kota
Denpasar, terwujudlah Tari Sekar Jempiring yang merupakan kado kenangan
bagi masyarakat Denpasar di akhir masa tugas beliau pada akhir 2004.
Terselip oleh makna keagungan, keharuman dan kesucian bunga
jempiring, penggarap menginterprestasikan dalam bentuk tari yang
terkemas dari pola-pola gerak tradisi yang dikembangkan menjadi bentuk
baru dan terkombinasi oleh musik gambelan Gong Kebyar yang kekinian
sesuai kelemah – lembutan bunga jempiring.Terkemasnya komposisi musik dan tari ini maka lahirlah sebuah tarian dengan judul “SEKAR JEMPIRING”
Saturday, January 5, 2013
TARI LEGONG
Ciri khas tari Legong ini adalah pemakaian kipas para penarinya kecuali Condong. Kata legong menurut babad bali
berasal dari kata "leg" yang artinya luwes atau elastis dan kemudian
diartikan sebagai gerakan lemah gemulai (tari). Selanjutnya kata
tersebut dikombinasikan dengan kata "gong" yang artinya gamelan,
sehingga menjadi "Legong" yang mengandung arti gerakan yang sangat
terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya.
Sebutan Legong Kraton adalah merupakan perkembangannya kemudian.
Adakalanya tarian ini dibawakan oleh dua orang gadis atau lebih dengan
menampilkan tokoh Condong sebagai pembukaan dimulainya tari Legong ini,
tetapi ada kalanya pula tari Legong ini dibawakan satu atau dua pasang
penari tanpa menampilkan tokoh Condong lebih dahulu.
~foto pribadi~ |
Gamelan yang dipakai mengiringi tari
Legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan. Lakon yang biasa dipakai
dalam Legong ini kebayakan bersumber pada:
- Cerita Malat khususnya kisah Prabu Lasem,
- Cerita Kuntir dan Jobog (kisah Subali Sugriwa),
- Legod Bawa (kisah Brahma Wisnu tatkala mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa),
- Kuntul (kisah burung),
- Sudarsana (semacam Calonarang),
- Palayon, Chandrakanta dan lain sebagainya.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari: Papeson, Pangawak, Pengecet dan Pakaad.
- Cerita Malat khususnya kisah Prabu Lasem,
- Cerita Kuntir dan Jobog (kisah Subali Sugriwa),
- Legod Bawa (kisah Brahma Wisnu tatkala mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa),
- Kuntul (kisah burung),
- Sudarsana (semacam Calonarang),
- Palayon, Chandrakanta dan lain sebagainya.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari: Papeson, Pangawak, Pengecet dan Pakaad.
TARI PENDET
Tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau
mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja
mantranya dan seusai pementasan. Hampir setiap pura
besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal
oleh kaum wanita dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga.Yang bercerita tentang turunnya dewi-dewi kahyangan ke bumi.
Sejarah Perkembangan.
1950. Tari Pendet disepakati lahir.
Tari Pendet tetap mengandung anasir sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental.
Pada 1961, I Wayan Beratha
mengolah kembali tari pendet tersebut dengan pola seperti sekarang,. Berselang
setahun kemudian, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari
pendet massal dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk
ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.
1967. Koreografer bentuk modern Tari Pendet.
Pencipta atau koreografer bentuk modern tari Pendet ini adalah I Wayan Rindi (?-1967), merupakan penari yang dikenal luas sebagai penekun seni tari
dengan kemampuan menggubah tari dan melestarikan seni tari Bali melalui
pembelajaran pada generasi penerusnya. Semasa hidupnya ia aktif
mengajarkan beragam tari Bali, termasuk tari Pendet kepada keturunan
keluarganya maupun di luar lingkungan keluarganya.
Subscribe to:
Posts (Atom)